BERITA

PENGUMUMAN KELULUSAN TP. 2022/2023



CERPEN

PULANG

Oleh : Faridhatun Asyfa

     AKU menatap laut yang terbentang luas di hadapan ku, nampak memantulkan cahaya senja yang indah. Senja selalu saja mengagumkan meskipun hanya sebentar tetapi kesannya melekat sampai kapanpun. Sore ini aku mengunjungi pantai seusai kuliah, pikiran ku sedang kalut sekarang ini. 


     Oh ya, namaku Arga Bahir Fajar, Arga begitulah biasanya mereka menyapaku. Aku bukan asli orang kota ini. Aku anak kampung yang merantau untuk berkuliah di kota ini. Kota Palangka Raya. Di sini aku mengambil jurusan Farmasi. Aku mengambil jurusan ini karena ilmunya yang sangat mengagumkan jadi saat nanti sudah lulus dan pulang ke kampungku, pasti akan sangat membantu warga di sana secara di tempat kami obat-obatannya masih kurang memadai. 


     Aku menatap pemandangan yang disuguhkan di depan mataku, sangat indah pantai yang bersih dengan langit sore yang nampak berwarna oranye. Sejenak aku merasa bebanku terbawa oleh ombak yang menenangkan.

‘’Masya Allah indah sekali ciptaan mu Ya Allah, andai…..‘’

‘’Hei Rendi! Kembalikan mainan Anissa!’’


     Ucapanku terpotong oleh suara yang memekakkan telinga sekaligus mengejutkan. Sebenarnya jika orang lain yang mendengar mungkin mereka tidak akan terkejut seperti diriku saat ini, aku terkejut karena sebelumnya terlalu fokus kepada ciptaan Allah yang begitu indah di sekitarku ini.


     Aku menatap sekitar mencari sumber suara tersebut oh ternyata suara yang memekikan telinga itu berasal dari bocah perempuan berjilbab merah muda di sebelah mushola sana dia nampak mengejar bocah laki-laki berkupiah hitam yang kutebak namanya pasti Rendi.


     Ada banyak anak-anak yang bermain di samping mushola ada yang sedang bermain kelereng,

lompat tali,oh mereka juga bermain apa itu…. ketapel?! . Suasana di sini benar-benar mengingatkan ku pada kampung halaman apa lagi di saat bulan puasa seperti ini aduh semakin menambahkan rasa rindu saja. 


     Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an terdengar merdu dari mushola, anak-anak yang sedang bermain tadi berlarian menuju tempat berwudhu.

Aku beranjak menuju mushola yang tak terlalu jauh dari tempat dudukku sebelumnya.


     Saat sudah menginjakkan kaki di teras mushola aku bergegas ke tempat wudhu lalu ikut membaca yasin,betapa terkejutnya aku saat suara anak-anak laki-laki yang duduknya tak jauh dari ku terdengar nyaring mengikuti bacaan sang imam bahagia sekali melihat betapa antusiasnya anak-anak di sini, fokusku pada anak-anak tadi buyar ketika seorang bapak-bapak menyodorkan gelas berisikan teh hangat dan juga kue.


‘’Di minum ya den buat buka puasa nanti.’’

‘‘Nggeh Pak terima kasih ya.’’

Beliau lalu tersenyum hangat kepadaku kemudian beranjak membagikan teh dan kue kepada jama’ah yang lainnya, aku melanjutkan membaca surah yasin mengikuti imam.


     Tepat sesudah selesai membaca yasin dan salawat, bocah laki-laki yang sebelumnya kulihat sedang dikejar oleh bocah perempuan tadi beranjak menuju ke ruangan yang ada di samping mimbar, aku sempat mengernyit bingung apa yang akan di lakukan bocah itu?


     Saat keluar dari ruangan itu dia menuju ke arah mic lalu mengumandangkan adzan, aku sempat

terperangah bukan hanya karena suaranya yang indah saja tapi bocah itu dengan gagahnya mengumandangkan adzan tanpa harus disuruh. Aku jadi teringat dulu waktu kecil saat masih seumuran mereka aku dan teman-temanku ketika berada di mushola pasti di suruh untuk Adzan dan kami akan saling menunjuk satu sama lain. 


     Sehabis melaksanakan berbuka puasa sekaligus sholat Tarawih aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang, Masya Allah indah sekali. 


     Sebenarnya aku sangat rindu kampung halaman ku tapi rasanya aku enggan untuk Kembali, aku mendudukkan diriku sambal memikirkan

kenapa?

Apa yang salah?

Apakah abah masih tidak ikhlas?

Jujur aku takut, marah, sedih perasaan ku tercampur aduk setiap aku memikirkannya. Ku pejamkan mata ku sejenak membiarkan angin malam menerpa wajah ku yang tampan, kata ibuku sih aku tampan.

    

    ‘’Oy Mat kan sudah ku bilang aku titip beli kembang sarainya tak amanah lah kamu ini Mat!’’

Aku membuka mataku melihat kearah suara ternyata anak-anak yang sebelumnya ku lihat kali ini mereka sedang bermain kembang api, aku jadi teringat ‘’eh tunggu-tunggu apasih perasaan dari tadi aku nostalgia terus’’ sadar ku


     ‘’Permisi bang’,’ ‘’ASTAGHFIRULLAH!’’ Teriakku setengah gagap.

Aduh kalau di ingat-ingat lagi selain sering bernostalgia hari ini aku sering sekali terkejut. Aku menengok ke arah bawah ada bocah laki-laki yang tadi memanggil ku.  

‘’Saya?’’ ucap ku sembari menunjuk wajahku sendiri.

‘’ Iyalah abang, siapa lagi orang yang mau duduk di pohon tua begini malam-malam pula.’’

‘’Astaghfirullah, iya ya, ada perlu apa dek?’’ ucapku sembari beranjak dari tempat yang ku duduki sebelum nya lalu mengikuti arah kemana bocah itu membawaku sampai samping mushola yang sebelumnya ku singgahi.

‘’Nah sekarang kita bisa mulai permainan, tim ku sudah lengkap ini,’’ teriak bocah yang tadi menegurku lalu mereka yang awalnya memasang muka yang juga kebingungan mendekat kearah ku

‘’Ada apa ini? Kenapa dek?’’ Akupun tak kalah bingung dari mereka, aku memutuskan beranjak dari sini tapi ku urungkan ketika salah satu dari mereka bersuara.

‘’Bang perkenalkan nama saya Rendi!.’’ oh ya aku ingat dia bocah yang tadi azan.

‘’Aku Ahmad bang panggil saja Amat!.’’ nah ku tebak dia ini bocah yang tadi kena omeli temanmya.

‘’Nah kalau aku Faizal bang’’ Dia ini bocah yang di pohon tua tadi,

‘’ Abang sendiri siapa Namanya?’’ tanya nya padaku

‘’Oh, panggil aja abang Arga ya.’’

Aku memperkenal kan diri kepada mereka, selanjutnya mereka heboh memperkenalkan diri mereka masing-masing


     Kring… Kring… Kring…Suara dari saku ku berhasil menjadikan suasana yang sebelumnya ramai jadi sunyi. Aku merogoh kantung tas mengambil benda berbentuk pipih yang terus saja berbunyi, ternyata ada telfon dari teman satu kosku

‘’Halo Assalamu’alaikum, ada apa Ris?’’

‘’Wa’alaikumussalam, Arga tadi ada paket katanya dari orang tua mu nih mending balik ke kost an deh kelayapan kemana si?’ oceh orang di seberang telfon. ‘’ iya, makasih sudah diambilkan,’’sahutku singkat, lalu setelah panggilannya terputus aku berpamitan kepada anak-anak yang sebelumnya ingin mengajakku bermain.

‘’ Yah belum juga mulai,’’ ucap Faizal bocah yang tadi mengajakku ke sini.

‘’Maaf yah,Insya Allah lain kali kalau abang ke sini kita main lagi,’’Bujukku lalu berpamitan untuk pulang. Aku tiba di kosan pukul 20.56 WIB.

“Jadi gimana perasaan mu sekarang, sudah mendingan, kenapa tidak kau turuti saja permintaan ibumu? Kasian beliau menanggung rasa rindu yang amat lama’’ tanya Faris padaku.

‘’Alhamdullilah sudah mendingan, aku pun tak kalah rindunya dengan beliau tapi Ris, aku masih ragu kau tau kan hubungan ku dan abah tidak begitu baik,’’ ujar ku.

‘’Mau sampai kapan ego mu itu kau pertahan kan Arga? Berdamailah sama abah mu beliau juga pasti tak mau hubungan antara seorang abah dan anak nya menjadi renggang begini.’’

‘’Dasar kau, aku tidur sajalah, besok subuh tolong bangunkan aku sahur tidak ada penolakan ya ris,’’ ujarku seraya tersenyum dan dibalas pelototan olehnya.

Begitulah Faris dia teman ku sejak kali pertama aku menginjakkan kaki ke kota ini untuk merantau.


     Sayup-sayupku dengar suara orang memanggil namaku mataku rasanya sulit sekali di buka dan ketika aku membuka mata aku dikagetkan dengan wajah yang begitu besar, karena kaget aku langsung bangun dari posisi awal ku dan Alhasil jidat kami berdua terhantup cukup kencang.’’

‘’YA ALLAH,’’ teriak kami berdua bersamaan.

‘’Astaghfi rullah Agra ada apa sih?

Aduh jidat ku yang kinclong pasti ini benjol dan bagaimana kalau ketampananku berkurang kau harus bertanggung jawab kalau aku telat menikah!,’’ ucapnya melantur.

‘’Aduh ssshhh,,, Kamu ngapain juga tadi begitu memang nya ada apa si malam-malam sudah bikin ulah, aduh jidat ku ya Allah sakit,’’ balas ku.

‘’Malam apanya tuh alaram disamping telinga jadi pajangan doang? Lagian nih ya yang nyuruh

bangunin tadi malam siapa juga, heran saya’’ ujar Faris heboh.

‘’Ehm….Kamu ga mau tanya,

tanggung jawab nya bagaimana?’’ lagi mimik wajah menjengkelkan itu lagi, sudah tertebak arah pikiran anak itu kemana.

‘’Ambil aja, lagian ga mungkin adikku kepicut sama kamu

hahaha,’’sahut ku cepat.


     Setelah sahur kami bergegas ke masjid yang lumayan jauh dari kost, kami ikut bergabung bersama rombongan bapak-bapak yang juga akan ke masjid. Suasana subuh memang tak pernah mengecewakan sangat segar, Kali ini aku maju untuk mengumandangkan Azan tidak seperti dulu yang harus disuruh dan saling tunjuk-menunjuk. Selesai melakukan sholat berjama’ah aku memutuskan menyelesaikan sisa tugas kuliah dan berbenah kost.


     Pada saat sudah selesai mengerjakan semua nya aku memilih merebahkan badan ku sejenak, disaat seperti ini aku jadi teringat abah ku lagi, benar kata Faris aku terlalu egois tapi sungguh berat rasanya bertemu dengan beliau, sungguh aku malu dan takut bertemu beliau waktu itu aku sudah keterlaluan. Lamunan ku buyar di karenakan suara dari handphoneku yang menunjukkan nama ibuku tumben sekali beliau menelfon di siang hari, piker aku.


‘’Hallo Bu, Assalamu’alaikum.‘’

‘’Wa’alaikumussalam, bang pulang ya? Abah masuk RS udah tiga hari beliau nggak mau makan manggil nama kamu terus bang, pulang ya nak ya?’’ ucap ibuku, seketika berhasil membuat darahku mendesir.

‘’Ya Allah, ibu kenapa nggak ngabarin abang dari awal?’’ Ucap ku bergetar

‘’Ibu nggak ngabarin kamu karena ibu pikir sakitnya tidak sampai begini, ibu pikir abah kecapean saja…

’’Suara ibu yang begitu pilu menambah rasa sayatan di dadaku semakin perih, aku ingin pulang. Benar saja, keputusanku sudah bulat setelah mendengar kabar bahwa abah sakit aku langsung saja merapikan barang-barang yang menurut ku penting akan kubawa setelah semuanya sudah siap aku berpamitan dengan Faris.


     Ragu-ragu aku memegang knop pintu ruangan tempat abah dirawat. Semoga beliau tidur ucapku dalam hati, tapi sepertinya waktu tidak berpihak pada ku, karena saat aku menutup pintu ruangan mata kami bertemu.

Kali ini apa?

Apakah sebuah tamparan atau penolakan? pikir ku waspada saat abah mencoba merubah posisinya menjadi duduk, beliau menyuruhku mendekat ke arah beliau. Dengan ragu Aku melangkahkan kakiku menuju kearah Abah yang masih menatapku dengan mata tajamnya,

aku tak berani menatap abah aku takut, malu, marah.


‘’Arga maafi n Abah ya nak?,

Abah menyesal tidak merestui kamu

Abah menyesal tidak menahan mu

Abah menyesal atau semuanya.

Abah terlalu egois.’’ ujar Abah, butiran air yang menetes di tanganku membuat aku terkejut aku mendongakkan kepala menatap Abah yang ternyata sedang menangis.

‘’Abah, kenapa begitu? Arga yang harusnya minta maaf terlebih dahulu bah. Arga sudah keterlaluan waktu itu.’’ sungguh andai dulu aku tak mementingkan egoku hubungan kami tidak akan seperti ini, andai saja dulu aku tidak seketer laluan itu Ibu tidak akan sedih. Masih banyak andai lainnya yang ku sesali. Lari atau menghindar dari masalah tidak akan membuat masalah tersebut terselesaikan begitu saja, kita harus berani menghadapi atau setidak nya Pikirkan dulu jalan keluarnya. Waktu itu aku sangat menyesal, banyak andai-andai dan nanti-nanti lainnya yang kusesali. Tiga hari kemudian Abah diperbolehkan oleh dokter pulang dari rumah sakit dengan syarat obat yang diberikan harus dihabiskan.

   

     Setelah Abah pulang dari rumah sakit aku memutuskan untuk tinggal lebih lama di kampung sampai habis lebaran daripada aku menyesal lagi iya kan? Oh ya tentang Faris dia juga pulang ke rumah orangtuanya sampai habis lebaran.



Faridhatun Asyifa *

Siswa Kelas X SMK Kesehatan Muhammadiyah Palangkaraya Kalimantan Tengah






PENCARIAN


PENDAFTARAN PPDB TP. 2025/2026



KONTAK

Alamat :

Jl. Anggrek Lintas Mahir Mahar, Kel. Kereng Bangkirai, Kec. Sabangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kode Pos 73113

Telepon :

0536 4287538 - 08115270666

Email :

smkmuhplk20@gmail.com

Website :

https://www.smkmuhplk.sch.id/

Media Sosial :